-->

Januari 21, 2018

Gara-gara Drama Korea
Ketika kita mendengar kata drama korea, barang kali yang terlintas di pikiran kita adalah perempuan baper atau keromantisan di setiap adegannya. Aku pun termasuk orang yang berpikiran seperti itu. Secara sadar ataupun tidak, kita men-judge kalau drama korea adalah sebuah serial yang perempuan banget.

Seperti yang aku bilang tadi, aku termasuk orang yang berpikiran seperti itu. Nah, aku tertantang untuk menonton drama korea. Aku ingin merasakan sensasinya. Aku ingin membuktikan, apa benar drama korea ini 'cewek banget' dan bikin ketagihan, katanya.

Jujur, aku adalah tipe orang yang bebel (keras kepala). Ketika aku anggap sesuatu jelek, maka akan selama jelek. Begitu pula sebaliknya. Serius.

NAMUN, semuanya berubah hanya melalui sebuah serial drama korea.

Anggapan buruk tentang drama korea masih lekat dipikiranku. Maka saat aku coba menantang diri untuk nonton drama korea. NAH LO!

Maka, aku meminta rekomendasi kepada salah satu teman SMA yang termasuk 'pecandu' drama di kelas. Diberilah aku beberapa judul drama korea. Aku memutuskan memilih Good Doctor. Nontonlah aku.

Pada awal menonton, aku merasa biasa saja. Nah, saat masuk episode ke tigas, GILA! Aku mulai merasa penasaran. Bibit ketagihan mulai tumbuh.

Kebetulan saat itu aku menjaga teman asramaku yang sedang sakit di Puskesmas Paciran. Sembari menjaga, aku nonton drama. Aku bener-bener ngerasa, nonton drama itu memang bikin ketagihan. Penasaran terus dipacu oleh pembuatnya serialnya. GILA!

Pada akhirnya aku menyelesaikan drama itu. HAHA..

Sejak saat itu pandanganku berubah soal drama korea. Ke-bebelan-ku juga mulai memudar, tidak memandang sesuatu itu buruk selamanya.

Masa kuliah pun tiba. Aku mulai disibukkan dengan berbagai tugas kuliah yang bejibun! Mulai lupalah tentang drama korea dan film-film apapun itu. Aku mulai lupa bagaimana menghibur diri. Intinya KURANG WISATA. Tentunya aku mulai lupa juga detail-detail adegan di Good Doctor.

Di semester lima aku mulai dipaksa menghibur dan memwisatakan diri. Aku dipaksan Ronasari. Nontonlah aku sebuah drama korea lagi, judulnya She Was Pretty. Seperti diawal aku bener-bener bosan. Namun ketika memasuki episode tiga, aku mulai gila dan penasaran. Rona cuma ketawa terbahak-bahak melihatku demikian.

Salah satu scene drama korea She Was Pretty

Semester lima ini, aku harus mengambil konsentrasi jurusan. Dari tiga konsentrasi, Public Relation, Journalistic dan Audio Visual, aku ambil Journalistic.

Beberapa kali aku meminta drama korea yang ada hubungannya dengan Pers. Diberilah aku Pinocchio. Aku tambah gila dengan drama korea.

Aku nggak pernah rela ketika drama korea itu tamat! Maka, aku download lagu-lagu soundtrack-nya.

Selain itu, sebenarnya aku banyak belajar dari banyak drama yang aku tonton. Mulai She Was Pretty, The Girl Who See Smells, Pinocchio, Missing You dan You are All Surrounded, aku belajar korea itu hebat dalam mepromosikan kebudayaannya. Terlebih teknologinya. 

Salah satu scene drama korea Missing You

Coba deh amati lebih jeli. Setiap scene menggunakan smartphone, selalu saja merek yang digunakan Samsung.

Terlepas dari itu semua, aku jadi berbubah pandangan kalau drama korea itu untuk perempuan. Bagiku enggak, saat ini. Drama korea adalah tontonan bebas untuk siapapun asal cukup usia dan tentunya bikin nggak instan. Kita dituntut mikir dan secara nggak langsung latihan untuk menganalisis.

DRAMA KOREA GILA, GILA GILA BANGET, GILA!

1 komentar:

  1. Drakor emang gak selalu tentang "baper". Ada banyak hal yg dapat kita pelajari. Produksi filmnya yang selalu "niat", budaya tadi, dan gak receh.

    BalasHapus

Kontak

Kantor:

Surabaya, Jawa Timur