-->

Hai!

Saya Mirza Bareza Podcaster

Kolaborasi Kontak

Fokusan

Public Speaking
Content Planning
Instagram Optimization
SAYA

MIRZA BAREZA

Content Creator - Podcaster

Ketertarikan saya pada internet dimulai sejak tahun 2009. Saat itu, mengulik media sosial bukan satu hal yang populer, dinilai buang-buang waktu. Walau demikian, saya percaya jika internet adalah masa depan. Melalui Podcast, saya berkarya di Youtube dan Instagram. Selain itu, saya kerap kali diundang dan juga mengadakan sharing pengetahuan terkait berkreasi konten digital. Hal ini juga mengantarkan saya untuk memiliki Creative Agency sendiri, NarezaCreative.com.

Kolaborasi

Workshop dan Seminar

Saya terbuka untuk sharing tentang media sosial dan kreasi konten

Content Support

Saya dan tim tersedia untuk mengelola konten sosial mediamu

Video Editing

Tingkatkan kualitas videomu to the next level dan rebut banyak perhatian

Kerja Sama Brand

Kolaborasi brand dengan cara yang kreatif dan menarik untuk sosmed user

Blog

Zona Nyaman, Enyahlah!



Urusan edit-mengedit grafik, audio atau video, barangkali menjadi hal yg ribet bagi sebagian orang. Hal ini tak salah, karena mengedit memang butuh ketekunan. Ia harus diperhatikan satu persatu, jeli.

Pun demikian, sebagian orang juga menganggap bahwa mengedit itu "gampang". Mungkin sebagian dari kita juga pernah mengalami hal demikian, baik sebagai subjek maupun objek. Tak jarang bila kita hendak mencetak stiker, pin ataupun banner di percetakan, tulisan dalam ukuran besar maupun kecil menyindir para pelanggan terpampang jelas di dinding toko. Seperti, "Design grafis, bukan gratis", "Tinggal ngedit dikit, kok", "Tolong elemen ini dipindah kesini ya mas, kan gampang tinggal mindah doang.". Aku menemui hal semacam ini di Gajayana Printing Malang.

Bagiku, sebagai pribadi yang suka ngedit, ngedit bukan hal yang membosankan ataupun ribet. Ngedit adalah wuuuuuw. Hahaha. Mungkin kita pernah dengar kata mutiara untuk menyemangati penulis baru yang begini bunyinya, "Dengan menulis aku bisa menjadi siapapun.". Kalau boleh aku modifikasi sedikit, "Dengan mengedit aku bisa melakukan apapun, aku bebas.".

Seringkali kita menjalani hidup ini tidak dengan bebas, merdeka. Lihat saja pakaianmu yang rapih, bagi perempuan lihatlah berapa macam jenis make up-mu, dari yang diproduksi di Indonesia, hingga yang diproduksi di Amerika. Kita terpaksa menjadi orang lain. Mengenakan celana yang sempit demi terlihat modis, mengenakan high heels demi terlihat layaknya artis cantik korea. Wuuuw.

Kembali ke ngedit deh. Mengedit bagiku adalah sebuah keasyikan tersendiri. Mengedit bukan tentang alat. Bukan tentang skill, apalagi tentang keunggulan diri. Mengedit itu tentang, rasa. Melibatkan rasa dalam setiap gerakan mouse, klik dan seruputan teh hangat.

Di jurusan Ilmu Komunikasi, aku diperkenalkan dengan Coraldraw (software editing vektor) melalui mata kuliah yang frequensi pertemuannya enam bulan. Mulanya, aku hanya menyukai mengedit video dan audio. Namun, gara-gara kelas ini aku jadi harus mengedit vektor. Aku termasuk orang yang berprinsip tidak nyaman dalam melakukan sesuatu yang bukan passionku. Aku sadar betul, kalau aku sedang nyaman dengan "keahlianku" dalam mengedit video dan audio. Tetapi, dalam hati kecilku, aku juga ada keinginan untuk bisa mengedit grafik walaupun belum begitu besar kala itu. Disisi lain, mengedit grafik sangatlah penting demi menunjang hardskill-ku di Ilmu Komunikasi.

Bulan-bulan pertama aku menempuh mata kuliah komputer grafis, sangat berat. Aku merasa terpaksa melakukan semua. Tapi, ku pikir aku terlalu nyaman dengan pencapaianku sebelumnya.

Pada akhirnya aku mencari hal-hal yang menarik dari mengedit grafik. Tetang penting dan keuntungannya. Kusampaikan diawal, mulanya keinginan untuk bisa mengedit hanya kecil. Tapi, karena setiap hari nyari tentang grafik yang muaranya selalu praktek, eh betah ngedit grafik sampai sekarang. Sudah terhitung setahun-an. Rasa keinginanku berubah seketika menjadi suka, kemudian berubah lagi menjadi cinta. Hal tersebut tak lain karena tanggapan teman-teman yang positif.

Walau awal-awal aku mempublish hasil editan grafikku mendapat respon yang menyakitkan. Aku terus saja mengedit. Hal tersebut yang membuatku makin besar keinginan untuk menaklukan design grafis.

Berlanjut, aku mencari hal-hal yang sekiranya dapat membuatku lebih intens belajar grafik. Setahun lalu (2016), aku memasuki tahun pertama menjadi staff bidang di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Aku melihat peluang emas. Organisasi ini kurang maksimal menggarap media sosialnya. Saat itu aku berpikir bahwa instagram punya masa depan yang bagus. Ku minta akun hak akses instagram. Aku diberi kesempatan seluas-luasnya oleh pimpinan saat itu untuk mengembangkan media sosial organisasi.

Begini designku pada bulan-bulan pertama saat aku memegang akun instagram organisasi:

Bulan Pertama

Bulan Kedua

Bulan Tujuh

Bulan ke Dua-belas

Transformasi dari waktu ke waktu mengajarkanku, bahwa sebuah keinginan bila dikejar secara maksimal, kita akan mendapatkannya. Ketekunan menjadi kunci utama dalam hal ini. Salah, benar sudah menjadi konsekuensinya. Bagiku, kritik adalah pendapat orang atas karya kita demi baiknya karya kita selanjutnya.

Refleksi


Izinkan aku untuk merefleksikan kecintaanku pada mengedit secara singkat. Allah menciptakan kita dengan segala kelebihan. Tak patutlah kita memandang orang lemah dengan barometer kehebatan secara umum. Allah yang menciptakanmu, Allah pula yang bertanggung jawab atasmu.

Bagi dirimu yang belum menemukan apa kesukaanmu, minatmu, teruslah mencari. Allah sudah menyiapkan yang terbaik. Tinggal dirimu yang mau atau tidak untuk mengambil itu dari tangan Allah. Bagimu yang sudah menemukan apa minatmu, gali terus dan jangan puas. Puas adalah senjata yang ampuh untuk membunuh usahamu sepanjang pernajalan.

So, masih tak maukah dirimu untuk move dari zona nyaman ?


Dengerin lagu ini dulu yuk !

Kids Jaman Now !


Akhir-akhir ini kita sering mendengar bahasa gaul, "Kids jaman now", "Dosen jaman now", "Mak-mak jaman now" dan masih banyak lagi. Bahasa gaul demi bahasa gaul selalu baru dengan berjalannya waktu. Pasti deh selalu ada yang baru.

Salah satu faktor munculnya bahasa gaul yakni hal-hal yang viral di media sosial. Bisa dari kejadian lucu, kejadian aneh dan peristiwa lainnya yang menyita perhatian publik. Mungkin kita masih ingat dengan bahasa gaul yang viral dipertengahan tahun 2015 "Sudah kuduga" , kemudian "Maafkan aku yang dulu" diakhir 2016 dan yang terakhir adalah " bla..bla..bla.. Jaman Now" dipertengahan tahun 2017 ini.

Bahasa gaul ini tak mengenal kelas masyarakat. Dari kelas bawah hingga atas, semua menggunakan. Tak bisa mengelak memang, bahasa gaul semacam ini bisa viral tak lain dan tak bukan karena media sosial. Ketika banyak orang menggunakan hastag yang sama secara bersamaan, maka status apapun yang menggunakan hastag tersebut akan naik (top topic).

Setiap ada bahasa gaul baru dan viral, keesokan harinya pasti akan menjadi sebuah lagu. Masih ingat dengan istilah "Maafkan aku yang dulu" kan ? Tau nggak kalau istilah itu menjadi sebuah lagu yang dinyanyikan iMeyMey, belum tau ? Lihat dulu nih videonya.

Bener kan ? wkwk.

Sesuatu yang viral di Indonesia hampir selalu menjadi sebuah lagu. Masih ingat dengan Om Telolet Om ? Nah, bukan hanya orang Indonesia yang menjadikan bahasa gaul itu menjadi sebuah lagu dan remix. Beberapa DJ erkenal dunia dan Musisi Youtube Internasional seperti Kurt Hugo Schneider juga berpartisipasi meramaikan viral-nya "Om Telolet Om", berikut videonya.

Beberapa hari ini aku Ujian Tengah Semester. Nah salah satu mata kuliah ujiannya, take home. Aku diminta menganalisis budaya di daerah asalku menggunakan salah satu BAB dari buku Larry A. Samovar dkk yang judulnya Communication Between Cultures.

Pas ngerjain, aku berhenti di salah satu halaman. Dalam hati, "Iya ya, bener.". Intinya Samovar dkk bilang kalau kamu ingin melihat variasi bahasa, coba deh tonton film di era 40's, 50's dan 60's. Perhatikan slang yang digunakan. Darisana kamu bisa lihat kalau bahasa itu selalu mengalami  perubahan.



Bahasa itu variasinya banyak banget! Mendatang, istilah-istilah dan bahasa gaul akan terus mengalami pembaharuan. Mungkin bahasa gaul saat ini akan sangat berbeda dengan bahasa gaul sepuluh tahun kedepan. Jangan sepuluh tahun deh, dalam setahun aja sudah banyak yang baru.

So, sudah update istilah atau bahasa gaul apa yang lagi happening ? Apa coba ? Tulis di kolom komentar yak !

IPK Turun, Siapa Gak Sedih Coba ?


sumber gambar: film-grab.com
Sedih pastilah ya, siapa coba yang nggak sedih ketika melihat Kartu Hasil Studinya (KHS) berwarna-warni. Namun, inilah yang perlu diterima dengan lapang dada sambil berkata, "Ya, aku yang salah.". Banyak faktor sih yang membuat warna KHS berwarna, mulai dari kita yang kurang serius memahami mata kuliah, sering absen, kesalahan teknis KRS (Kartu Rencana Studi) sampai dosen yang ngeselin.

Tapi, ya inilah kenyataannya. Diterima, diperbaiki, mau apalagi coba ? Menerima bukan sebuah tanda kita lemah. Menerima adalah level tertinggi dalam hidup, legowo. Ia menjadi materi untuk belajar lebih baik.

Benar, IPK bukan segalanya. Pintarmu, cerdasmu hingga pekanya kamu pada kondisi sosial nggak melulu bisa diukur dengan IPK. Tapi, IPK dan lulus itu adalah sebuah kewajiban. Ia layaknya tiket kereta. Nggak peduli kemana tujuan dan niatmu, kamu harus punya tiket untuk bisa nunut kereta. Nggak peduli kamu anak presiden hingga tukang batu, kamu harus punya tiket.

IPK turun, bukan berarti kamu bodoh. Ia sebagai pengingat, bahwa kita terlalu lalai dengan hal-hal yang wajib kita kerjakan. Namun, kamu juga patut berbangga, setidaknya kamu memiliki sesuatu yang dapat kamu unggulkan.

Ketika kita yakin dapat menjalani dua hal secara bersamaan, seperti kewajiban (kuliah) dan kebutuhan (organisasi, kerja dsb), pantasnya kita menepati keyakinan itu. Bukan mencederai salah satunya, karena keduanya penting bagi hidupmu.

Datangnya catatan ini padamu, bukan bermaksud menertawakan kesedihanmu. Catatan ini datang untuk menghiburmu, menghapus lara yang kau rasa tiada tara. Jangan kau putus asa karena IPK. Ia layaknya pengingat kita, saat lalai membuai dan menguasai kita.

So, masih sedihkah engkau karena IPKmu turun ?

Lucunya Diri Ini

sumber gambar: film-grab.com

Manusia sayang, manusia malang. Hidup di zaman ini memang serba salah. Update status terus dibilang alay, nggak update dibilang kudet (baca: kurang update). Namun jujur, kita ini lucu. Kenapa ? Masih ada saja yang mengaku bahwa dirinya tidak pernah meniru.

Padahal semua yang menempel pada diri kita ini hasil imitasi. Meniru orang lain. Tak percaya ? Kita menggunakan sendok ataupun tangan saat makan, itu meniru siapa? Apakah lahir, kemudian besar bimsalabim bisa menggunakan sendok ? Big No.. !

Semua pada diri ini adalah hasil imitasi. Lalu, apa yang murni dari diri kita dong ? Dan mengapa kita tak jarang mendengar "Jadilah Dirimu Sendiri ! Jangan Jadi Orang Lain !" ?

Begini, perlu kiranya kita memberi batasan yang jelas antara "jadi diri sendiri" dengan "jangan jadi orang lain". Jangan kita menggunakan cara berpikir yang formal. Seperti apa itu ? Semisal, ada himbauan dilarang membuang sampah di suatu area. Bilamana kita memahami secara formal atas himbauan itu, kita akan memahami bahwa jangan membuang sampah di area 'itu saja'. Kan sejatinya tidak begitu cara memahaminya. Ketika ada himbuan demikian, kita baiknya memahami bahwa membuang sampah sembarangan itu tak benar, baik di area itu maupun dimanapun.

Menjadi diri sendiri bukan berarti kita melakukan segala hal yang tidak dilakukan orang lain (baca: tidak sama). Menjadi diri sendiri adalah memiliki ideologi (pandangan hidup, prinsip hidup) yang jelas terkait bagaimana kita menjadi seseorang. Hal itulah yang membedakan kita dengan orang lain. Kita memiliki rel, kita memiliki cara tersendiri dalam menghadapi hal yang sama dengan orang lain.

Ada dua orang ingin memiliki sebuah biola. Orang pertama, untuk memiliki biola ia berjualan, kemudian hasil jualan itu ia tabung dan menjadi harapan suatu nanti ia akan memiliki sebuah biola. Orang kedua, ia tidak harus berjualan seperti orang pertama. Ia memiliki potensi yang berbeda. Ia bisa menggunakan potensinya itu untuk mencapai tujuan yang sama dengan orang pertama.

Sebenarnya, meniru orang lain bukanlah sebuah dosa. Selama hal itu hanya berhenti pada tahap 'terinspirasi'. Karena kita ini adalah produk mega imatasi. Apa yang melekat pada diri kita, semuanya adalah hasil meniru orang lain. Baik orangtua, kakak, adik hingga idola. Tak bisa dipungkiri bahwa ini kenyataan. Coba sebutkan apa yang tidak meniru ?

Kita perlu meng-clear-kan bahwa meniru itu hanya berhenti pada tahap 'terinspirasi'. Dalam kuliah, pernah disampaikan dosen, "Meniru tak apa, jadikan itu inspirasimu. Jadikan itu sebagai bahan belajarmu, mediamu untuk mengetahui sesuatu. Namun jangan lupa prinsip ATM, Amati, Tiru kemudian Modifikasi.". Hal ini bisa kita pahami bahwa meniru bisa menjadi proses belajar kita, lalu proses ini kemudian akan berubah menjadi inovasi (pembaharuan). Tidak selalu kita harus menemukan sesuatu untuk menjadi orang yang bermanfaat.

So, masih malukah untuk mengakui bahwa engkau peniru ulung ? Lucu ya diri ini.

Kontak

Kantor:

Surabaya, Jawa Timur